Minggu, 01 November 2009

Nikmatnya Sebuah Amanat

ASEM kecut sungguh kelakuan Gunadi, 30, dari Solo ini. Dititipi gadis mencari ayahnya ke Jakarta, eh malah “disimpen” dan digauli hingga hamil. Keruan saja bapak Rini, 19, mencak-mencak dan Gunadi pun dibikin babak belur. “Amanat itu ternyata memang nikmat,” kata lelaki ini di kantor polisi.

Tiap anak selalu merindukan orangtuanya, lebih-lebih yang lama tak bersamanya. Cuma banyak lelaki yang menganggap anak sebagai dampak keisengan malam semata. Setelah bayi itu lahir, tak lagi mau mengurusnya. Dalam perwayangan, banyak sekali kisah yang menggambarkan betapa tak tanggungjawabnya figur seorang ayah. Harjuna misalnya, sebentar-sebentar dicari kesatria muda yang mengaku sebagai anaknya. Padahal Harjuna sendiri sudah lupa, di mana dia dulu pernah “nyetrom” anak seorang perawan putri begawan atau resi.

Inikah kelakuan Padmo, 50, yang kini merantau di Jakarta? Tentu saja tak sama persis. Tapi yang jelas, selama tinggal di Solo dulu dia pernah menikah dengan seorang wanita dan kemudian ditelantarkannya. Padahal, dari kerjasama nirlaba tersebut telah menghasilkan seorang anak. Tapi itulah Padmo, ketika bayi yang diberi nama Rini ini baru usia 2-3 tahun, dia lalu merantau ke Jakarta dan tak pernah ingat akan anak dan istrinya yang tinggal di Nusukan, Solo. Mau jadi apa putrinya, peduli amat.

Kisah selanjutnya pun mirip cerita wayang kulit. Rini selalu menanyakan siapa ayah pengukir jiwa raganya, lalu ibu dan kakek nenek selalu menjelaskan bahwa ayahnya masih ada dan tinggal di Jakarta. Cuma untuk menyusulnya ke Jakarta, nanti dulu. Sebab Padmo bukan lagi hanya jadi ayahnya Rini semata, tapi juga ayah dari anak-anak yang lain. Bahasa gamblangnya, di Ibukota Padmo sudah berkeluarga kembali. “Suk nek wis gede, kowe nusula mrana (tunggu kamu besar nanti susulah ke sana),” begitu hibur ibu dan sang kakek nenek.

Anak manis tapi malang itu pun kemudian menuntut janji kakek dan ibunya. Setelah tamat SMA, dia ingin ketemu sang ayah, sekaligus mencari pekerjaan di Ibukota. Cuma untuk melepas cucu jalan sendiri ke Jakarta, mereka tidaklah tega. Kebetulan ada tetangga mereka, si Gunadi, yang suka mondar-mandir ke Ibukota dan kebetulan kenal dan tahu rumah Padmo. Nah, kepada lelaki inilah kemudian Rini dititipkan, untuk mencari ayah kandungnya.
Hanya saja, Gunadi bukanlah pria amanah. Dititipi gadis cantik a la Rini, pikirannya jadi macam-macam. Dia tak ingin serta merta mempertemukan si gadis dengan Padmo, tetapi harus diberdayakan dulu, sesuai dengan selera dan nafsu pri kebinatangannya. Maka ketika Rini curhat tentang kerinduannya pada sang ayah, Gunadi mencoba memberikan pencerahan-pencerahan bak seorang ayah pada putri sendiri. Wuih, Rini pun menjadi semakin simpati pada sang dewa penolongnya.

Setibanya di Ibukota bukan langsung diajak ke rumah Padmo, tapi diajak mampir ke rumah kos-kosannya. Lalu di sana dirayulah dengan cara yang kebapak-bapakan, untuk diajak berhubungan intim bak suami istri. Dan entah pakai ilmu apa, Rini pun lalu bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Gunadi. Sejak saat itu Gunadi jadi lupa akan amanat yang diembannya. Bila Rini kapan dipertemukan dengan sang ayah, dia selalu beralasan bahwa Padmo masih sibuk dan sibuk. Tapi urusan layanan ranjang, jalan terus.
Akhirnya, baru 6 bulan berikutnya Rini berhasil dipertemukan dengan Padmo. Bagaimana ayah dan anak tersebut meluapkan rasa kangen, tak perlu diceritakan. Yang jelas, beberapa minggu kemudian Padmo kaget, karena Rini tahu-tahu sudah hamil. Ketika ditanya siapa pelakunya, bla bla bla….. si anak menjebut Gunadi biang keroknya. Tak ampun lagi, Padmo menyusul ke Solo dan lelaki tak bisa menjaga amanah itu dihajarnya sampai babak belur, lalu diserahkan ke polisi Polsek Banjarsari.

Yang hamil tak juga bakal kempes karenanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar